Oleh: Nana Sudiana | 22 Desember 2007

QURBAN UNTUK KORBAN BANJIR

Moment idul adha tahun ini sedikit berbeda. Sebagai pengelola lembaga yang konsens pada kemanusiaan, alhamdulillah kali ini merasa cukup bangga, karena program yang digelar mendapatkan perhatian yang cukup memadai dari orang nomor satu di Kota Semarang, Jawa Tengah. Ya, momentum qurban kali ini, yang puncak momentumnya diselenggarakan pada hari Kamis (20 Desember 2007) akhirnya dapat dihadiri langsung oleh Walikota Semarang, Sukawi Sutarip, SH, SE beserta isteri, GM Sales & CS Telkomsel Regional Jateng & DIY, Roosman Koeshendarto, Ketua Komisi D DPRD Kota Semarang, Camat Kecamatan Tugu, Drs Kukuh Sudarmanto S.Sos, MM, Pejabat Muspika Kecamatan Tugu serta tokoh masyarakat Kecamatan Tugu Kota Semarang.

Kenapa Qurban ke Mangkang

Kelurahan Mangkang Wetan, Kecamatan Tugu adalah wilayah langganan banjir di Kota Semarang. Sejak tahun 2000 daerah ini kerap mengalami banjir besar Banjir di kampung ini disebabkan jebolnya tanggul Sungai Beringin karena tak mampu menahan debit air sungai, walhasil ketika hujan deras yang menguyur daerah Mangkang Wetan sejak hari senin (17/12) tak urung membuat Kali Bringin meluap dan menyebabkan ratusan rumah tergenang air. Genangan air banjir tesebut mencapai ketinggian 20-70 cm. Tak hanya rumah penduduk saja yang tergena banjir, puluhan hektar tambak di kiri kanan sungai ikut kebanjiran dan rusak. Kerugian yang ditanggung warga akibat tambak rusak bisa mencapai Rp. 400 juta. Menurut warga dalam setahun daerah ini bisa mnegalami banjir sebanyak 2-3 kali. Banjir tebesar terjadi pada tanggal 21 Januari 2000 yang mencapai ketinggian 2 meter. Volume sedimentasi yang dibawa pun bertambah banyak, ketebalan sedimen diperkirakan mencapai 10 sentimeter. Pada tahun 2003 Kelurahan mangkang Wetan mendapat kiriman banjir setingggi 1,5 meter sampai 1,75 meter itupun memerlukan waktu yang lama untuk kembali surut. Sampai tahun 2007 Mangkang Wetan tetap saja berpotensi sebagai daerah banjir. Mangkang Wetan adalah salah satu contoh dari sekian banyak lokasi yang mengalami banjir rutin di Semarang, karena masih banyak daerah lain di Kota Semarang yang mengalami nasib yang sama, seperti Tawang Mas, Genuksari, dan daerah lain. Yang memprihatinkan, banjir yang terjadi di daerah ini setiap tahun terus meningkat luasnya, maupun volume sedimen. Banjir di Semarang disebabkan perubahan tata guna lahan di kawasan Semarang atas, yang mengabaikan aspek lingkungan. Berbicara soal perubahan tata guna lahan, untuk Kota Semarang yang berpenduduk sekitar 1,4 juta jiwa, boleh dibilang sangat kompleks. Sebab, secara topografis wilayah Kota Semarang terdiri dari pantai, dataran rendah, dan daerah perbukitan. Dari keseluruhan wilayah Kota Semarang yang memiliki luas 373,6 kilometer, 65,2 persen merupakan dataran dengan kemiringan 2-5 derajat, sedangkan 34,7 persen merupakan wilayah dengan kemiringan 15-40 derajat. Apalagi saat ini, di kawasan Semarang atas marak dibangun kawasan perumahan elite dan kawasan industri. Termasuk Kecamatan Tugu telah berubah menjadi kawasan industri. Sayangnya, pembangunan kawasan perumahan elite dan kawasan industri tersebut tidak disertai kajian yang mendalam mengenai konsep konservasi lahan. Sebab, tanpa disadari perubahan tata lahan di kawasan Semarang atas itulah yang membuat bencana banjir di kawasan Semarang bawah semakin besar.

Seperti dikabarkan di media massa Kota Semarang bahwa telah terjadi banjir di Mangkang Wetan hari senin (18/12) yang kemudian berita tersebut dengan sigap ditanggapi PKPU Jawa Tengah. Tiga kambing dan 1 sapi kemudian didistribusikan ke daerah korban banjir tesebut. Menjelang penyembelihan jumlah hewan qurban bisa bertambah tiga sehingga totalnya ada 6 kambing dan 1 sapi. Acara penyembelihan dan pembagian hewan qurban PKPU Jateng ini Disambut dengan suka cita masyarakat Mangkan Wetan, Walikota Semarang menyerahkan langsung hewan qurban PKPU Jateng kepada masyarakat Mangkang Wetan.


Tinggalkan komentar

Kategori